Translate

RUPA DASAR I

NIRMANA

Untuk mahasiswa Seni Rupa atau DKV (Desain Komunikasi Visual), kata Nirmana mungkin sudah tidak asing lagi, karena biasanya mereka dapatkan pada kuliah awal. Tetapi untuk mahasiswa Arsitektur mungkin terasa baru. Dalam konteks desain komunikasi visual, nirmana memegang peranan yang sangat penting perihal bagaimana cara menata dan merangkai sebuah elemen dasar desain komunikasi visual. Peranan penting lainnya adalah, di dalam nirmana mensyaratkan aturan tata susun dan tata kelola unsur desain komunikasi visual dalam sebuah perencanaan komposisi yang serasi dan seimbang dalam setiap bagiannya.

Secara umum definisi dari nirmana adalah pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual seperti garis, titik, warna, ruang dan tekstur menjadi satu kesatuan yang harmonis. nirmana dapat diartikan juga sebagai hasil angan-angan dalam bentuk dwimatra (2D), trimatra (3D) yang punya nilai keindahan. Dalam konteks lain nirmana disebut juga sebagai ilmu tata rupa. Nirmana tidak hanya mencakup 2 dimensi atau 3 dimensi saja melainkan juga menjelajah sebuah ruang yang disebut dengan ruang maya. 

Menurut terminology dari bahasa sansekerta, kata Nirmana berasal dari Nir yang artinya tidak, dan Mana yang artinya jiwa, berarti tidak berjiwa, dengan kata lain dilihat secara badani, jasmani atau fisik saja. Pemahaman secara sederhana bahwa, nirmana diartikan sebagai sesuatu yang hanya dilihat dari aspek fisik, melalui indra mata.  Maksudnya yaitu mengkaji karya seni rupa ditinjau dan dinikmati secara fisik saja, dari aspek bentuk saja. Jadi, kajian Nirmana membahas tentang tampilan bentuk karya dari susunan unsur-unsur rupa yang diatur oleh prinsip-prinsip rupa dasarnya pula, agar menjadi suatu bentuk karya yang mempunyai nilai estetis. Bentuk karya yang dilihat dan dapat dicermati dari satu sudut pandang saja atau secara visual tidak memiliki ruang nyata, yang ditempatkan pada bidang datar. Dalam hal ini media karya menjadi sangat terbatas sebagai media gambar, yaitu berupa kertas, kanvas, atau media lainnya yang berbentuk datar.

Media yang diperlukan untuk membuat karya Nirmana Dwimatra ini pada umumnya menggunakan bahan kertas dan jenis kertas lain sebagai media gambarnya, sedangkan alat yang dipakai apabila menggunakan cat air, atau cat poster, dan sejenisnya yaitu kuas, palet, dan perlengkapan lain sebagai media pencampur cat, di samping bahan dan alat yang dibutuhkan, tidak dapat diabaikan adalah teknik yang diterapkan dalam berkarya Nirmana tersebut. Beberapa teknik yang dapat dipraktekkan dalam berkarya yaitu dengan sapuan, goresan, tempelan, teknik cap, dan sebagainya.

Ruang Lingkup Nirmana Dwimatra  
Pada mata kuliah Nirmana Dwimatra (yang dipahami juga sebagai bentuk karya dua dimensional), adalah mengkaji struktur rupa yang disusun dalam suatu penciptaan bentuk karya melalui pelatihan, yang dengan kata lain mengkomposisikan unsur-unsur rupa dengan menggunakan prinsip-prinsip Rupa Dasar. Sebagai karya dwimatra diaplikasikan di atas bidang, dibatasi oleh panjang, lebar, luas, dan dengan ketebalan yang relatif. Unsur-unsur rupa dasarnya dipahami sebagai konsep, dapat dirasa, dipandang dari sisi muka (depan), dan pada prinsip-prinsip desain karya dwimatra, memiliki aturan-aturan tertentu yang perlu dipatuhi. Sebagai contoh: pada prinsip keseimbangan dalam karya dwimatra, dipengaruhi oleh penempatan unsur-unsur, atau pengaruh dari dimensi warna, yang kesemuanya ditentukan oleh keseimbangan berdasarkan bobot visualnya.

Media ungkap bagi perupa yang dapat dilihat dan dinikmati adalah berupa bentuk atau rupa visual, yang merupakan hasil rasa dan pikirnya. Melalui bentuk nyata visual yang diciptakan oleh perupa, penikmat atau pengamat dapat memaknai karya yang diciptakannya tersebut. Hal ini dapat ditengarai dari cara penyusunan atau menempatkan unsur-unsur rupa untuk kepentingan perwujudan suatu rancangan dalam bentuk visual. Dalam perancangan tersebut bukan saja keindahan yang dipikirkan sebagai wujud atau bentuk karya ‘seni murni’ (fine-art), tetapi juga aspek untuk memenuhi kebutuhan praktis pada maksud atau tujuan tertentu sebagai bentuk karya ‘seni terapan’ (applied-art). Guna memenuhi kebutuhan praktis tersebut perupa harus mampu atau menguasai bahasa rupa terlebih dahulu, tidak seperti orang melukis yang berasal dari imaji atau ide seniman, atau mencipta karya cetak yang berisi pesan atau selera umum, tetapi diperlukan suatu rancangan yang memenuhi keperluan masyarakat/pengguna. Maka dari itu, bahasa rupa merupakan dasar bagi penciptaan suatu bentuk karya.

Dalam penyusunan unsur-unsur visual pada tatanan karya seni rupa dikenal dengan sebutan/istilah struktur seni atau struktur rupa, yang mengkaji susunan unsur-unsur tersebut yang dibentuk atau diwujudkan agar dapat menumbuhkan apresiasi untuk dipahami. Mengkaji struktur seni berarti mengkaji desain, khususnya desain dasar yang dibeberapa lembaga disebut Nirmana (Sunaryo 2002: 4).
Unsur-unsur rupa merupakan bagian-bagian dari bentuk yang terlihat nyata/konkret, saling berhubungan satu dengan yang lain, memiliki makna ‘kesatuan’, yang secara keseluruhan menampilkan dan menentukan perwujudan bentuknya. Unsur-unsur rupa disebut pula unsur-unsur visual, atau unsur-unsur desain (Bates 1972). Adapun unsur-unsur rupa tersebut, pada umumnya meliputi: garis, bidang, raut, warna, nada atau gelap terang, tekstur (barik) dan ruang. Namun dalam hal ini beberapa pendapat yang menyatakan bahwa titik atau spot termasuk bagian dari unsur (Bates 1972), atau pendapat lain menyebutkan bahwa, ukuran (size) juga merupakan unsur desain, sementara Wong (1986) berpendapat bahwa garis adalah unsur konsep sebab unsur tersebut hanya dapat dirasakan adanya, hanya ada dipikir atau diimaji secara abstrak. Mungkin unsur ruang dapat pula sebagai unsur konsep, karena imaji atau rasa, yang menyatakan adanya ‘ruang’ tersebut. Unsur-unsur rupa utama sebagai desain yang benar-benar dapat dilihat yaitu raut, warna, ukuran, dan tekstur.

Dalam mencipta bentuk, diperlukan pilihan unsur-unsur rupa yang mampu mewujudkan penyusunan unsur-unsur yang sama atau pun perpaduan antar unsur yang menarik, dan dapat menimbulkan rasa estetika terhadap bentuk tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pula penyusunan, atau kombinasi, atau pengorganisasian unsur-unsur dalam menciptakan bentuk yang harmonis atau serasi dan mewujudkan kesatuan dari unsur-unsur tersebut. Pengorganisasian atau pengaturan unsur-unsur sering dipahami dan disebut komposisi, ada pula yang menyebut struktur, yang kesemuanya bertujuan untuk menciptakan karya yang memiliki nilai-nilai estetis. Karya-karya yang diwujudkan dapat dalam bentuk dwimatra (lukisan, gambar ilustrasi, gambar grafis), atau juga trimatra (patung, keramik), yang dalam mengorganisasikan unsur-unsur tersebut perupa harus mengingat prinsip-prinsip rupa dasar/desainnya, yaitu cara atau asas sebagai pedoman, bagaimana mengatur atau menyusun unsur-unsur rupa dan mengorganisasikannya dalam menciptakan suatu bentuk karya, yang dapat pula menjadikan pengalaman estetis bagi desainer.

Ada berbagai sebutan yang dikemukakan oleh para nara sumber, namun pada umumnya senada dengan pengertian dan sebutan pada prinsip-prinsip desain itu, yakni: Irama (rhythm), Keseimbangan (balance), Dominasi / tekanan (emphasis) atau Klimaks (Sidik 1981: 49), Kesebandingan (proportion), Keserasian (harmony), dan Kesatuan (unity). Dalam menerapkan prinsip-prinsip desain supaya dapat menciptakan bentuk karya yang baik, perlu adanya pengkombinasian/ pengorganisasian unsur-unsur dengan cara: Perulangan (repetition), Peragaman (variation), Peralihan (transition), dan Perlawanan (Opposition).

Dengan demikian, untuk dapat menciptakan bentuk yang memiliki ‘nilai’ perlu latihan-latihan yang dapat meningkatkan keterampilan dan sensitivitas, dengan bereksperimen atau pun bereksplorasi melalui berbagai bahan, alat, dan teknik mendesain karya 2 (dua) dimensional/dwimatra pada mata kuliah Nirmana Dwimatra. (sumber: http://wastemaprilyani.blogspot.co.id/2013/11/nirmana-dwimatara.html)

Download file Pdf sebagai tambahan Bacaan untuk Perkuliahan Rupa Dasar I
link download: Nirmana_2_Dimensi & Nirmana (Titik)







TUGAS TERAKHIR

MK: RUPA DASAR 1

"KOMPOSISI HITAM - PUTIH"


ALCHOBERO TARORE
NILAI: 87


BOBI PESOBA
NILAI: 95

HENDRA MANTIARA
NILAI: 94

JUHARLY TAMUNTUAN
NILAI: 75

VICKY ADIL
NILAI: 98

WINDO ESSING
NILAI: 80

YAYAT RUMONDOR
NILAI: 96



Rupa Dasar 2D (Pengumuman Nilai) --> tugas ke-6




Rupa Dasar 2D (Pengumuman Nilai) --> tugas ke-5


Extra gambar Komposisi Arsiran Pensil dari Yayat Rumondor
(klik kanan, open new tab pd gbr utk original resolution)



GRADASI
Materi Gradasi bertujuan agar kita bisa membandingkan sebuah olahan warna, yang dalam hal ini difokuskan pada warna hitam putih.
Mahasiswa diharapkan bisa membuat beberapa karya dari gradasi yang paling dasar sampai dengan penggunaan teknik arsiran pada benda mati maupun benda hidup.

Menguasai teknik arsir dan gradasi adalah salah satu teknik dasar menggambar dengan pensil. Arsir gradasi akan membantu ketajaman mata agar mengenal tingkat intensitas cahaya sehingga dapat melihat daerah terang dan gelap suatu obyek. Latihan arsir gradasi juga sangat membantu ketika Anda membuat bayangan dari suatu obyek.


File pdf untuk Gradasi:

Link download :
(mediafire.com) view+DownLoad file atau
(mediafire.com) DownLoad file











File pdf untuk Gradasi_Arsiran:
Link download :
(mediafire.com) view+DownLoad file atau
(mediafire.com) DownLoad file

Tidak ada komentar:

Posting Komentar